Karya : Nurhafizh Muslim Aziz
Di lorong sekolah di kala senja itu hati Nuha semakin
berdegup kencang, memandang seorang wanita cantik berkulit putih yang datang
perlahan mendekatinya dengan senyuman menggoda indah dipandang mata. Matanya
yang indah berkaca-kaca memancarkan cahaya suka cita karna lama tak jumpa. Nuha
pun hanya diam seribu bahasa, terpesona karnanya, wanita yang ia cinta sejak
kelas 2 SMA datang menghampirinya.
“Senangnya
hati ini melihat wajahnya yang berseri menatap diri ini yang telah menjaga hati
untuk dia seorang diri” batin Nuha.
Tak lama
melangkah wanita itu pun berlari mendekatinya. Sesaat di depanku langkahnya pun
terhenti, kami saling menatap memandang wajah satu sama lain.
Batin Nuha,
“Ku kira aku kan dapat pelukan mesra dArina Rahmawatiya, karna dia sudah sangat
rindu pada orang yang ia cinta. Kenapa kita hanya berpandang mata?”.
Ternyata
dugaan Nuha salah seketika, wanita yang masih memakai seragam abu-abu putih itu
justru menampar pipi Nuha, perih dan pedih tak luput mewarnai senja itu.
“Kenapa kamu
tampar aku wahai cintaku…???” tanya Nuha keheranan dengan kelakuaannya.
Dengan wajah
kecewa ia pun berkata, “Nuha kamu jahat, kamu jahat bangeet, kamu ga ngertiin
perasaan aku hu…hu…hu…”.
Tangisnya
membuat Nuha merasa iba dan kecewa dengan dirinya. Iba karna orang dicintanya
meneteskan air mata, dan kecewa karna dirinya kurang bisa peka terhadap pujaan
hatinya itu.
Ku pegang
tangannya sambil berkata, “Wahai bidadari pemilik hati, apa gerangan yang
membuat adinda kecewa? Mas selalu menjaga adinda yang kakanda cinta kok”.
“Kakanda jahat,
kenapa sich kakak tadi malam ga bales smsku, aku tu kangen banget Kak, kangeeen
banget sama Kak Nuha, kakak tu tau ga sich kalau aku kangen? Adik tu hanya
sendiri di rumah aku sms ga di jawab, aku telphone ga di angkat, kakak tu
ngapain sich tadi malam? Adik kok di tinggal ga di ajak sich, aaaaaa kakak jahat
kakak Nuha jahat. Kakak buat adik nangis terus hu…hu…hu… Tadi malam adik nangis
dah 3 jam, sekarang nangis lagi kakak tu ga kasian po sama adik hu…hu…hu…”.
Memotong
pembicaraan Kak Nuha menenangkan hatinya, “Iyaa…. Iyaa Mukti ku sayang kakak kasiaaan
banget sama adinda ku ini, kasiiaaan banget he…he…he…” mencubit lesung pipitnya
“Iya maaf ya sayang tadi malem kakak dah tidur mas capeek banget dari pagi
sampai jam 10 ada acara terus sayang, tapi sesibuk-sibuknya kakak tetap ingat
adik cantik ini kok, I Love Mukti”.
Kata-kata Nuha
akhirnya dapat meluluhkan kerasnya hati Mukti tercinta. Dengan tatapan Nuha
yang penuh kasih sayang dan rasa cinta, kini senyuman Mukti telah kembali, kesedihan
menjadi kegembiraan, yang semula disayangkan menjadi rasa sayang. Terbesit
dalam pikir Nuha mungkin ia harus lebih gesit dalam bercinta dengan wanita
pujaannya yang biasa ia panggil dengan sebutan permata, “Permata Cinta”.
Tak terasa
sang surya telah lelah menemani mereka berdua. Sesegeralah mereka berpamitan
pulang ke istana mereka masing-masing. Beberapa langkah Nuha meninggalkan
permata cintanya tuk pulang, namanya dipanggil “Kak Nuhaa…???”. Nuha pun
memutar balik badannya menghadap panggilan suara tersebut. Tiba-tiba adinda
Mukti memeluknya dengan pelukan mesra sambil seraya,
“Kak temeni
adinda terus ya Kak, adinda juga sayang kakak kok, kakak hati hati-hati di
jalan ya, kalau ada cewek lewat jangan lirak-lirik lhoo, kan kakak sudah punya
aku. Ya Kak ya…!!!”.
Hanya dengan
senyuman berartinyalah Nuha membalas. Setelah itu, mereka kembali melanjutkan
perjalanan pulangnya. Nuha dan Mukti berjalan menuju parkiran yang sepi gelap
karna hari telah menunjukkan malam hari. Genjotan motor jadul Nuha menjerit-jerit
membisingkan malam yang sunyi itu.
Sesampai di
rumah, Nuha menuju kamar mandinya yang kecil nan bersih dengan keramik biru nan
mengkilap. Nuha memang anak yang rajin, ia sering menggosok lantainya dengan
sikat ketika mandi. Sesaat setelah sikat gigi, handphone yang ia miliki
berbunyi. Cepat-cepatlah ia menyelesaikan sikat gigi dan mandinya di malam hari
itu. Ia lihat handphonenya. Ternyata ada sms dari Mukti permata hatinya.
“Sayang baru
apa? Adik dah wangi lhooo… kakak masih bauk yaa…?? #wek :p” sms dari Mukti
dengan nada mengejek.
Tak mau kalah
dengannya Nuha pun juga membalas dengan candanya yang membuat rasa cinta
pasangannya semakin menggila padanya
“Pangeran
Cintamu dah wangi yaw :p ya masa’ sich Pangeran Cinta yang ganteng ini blm
mandi, kan ga mungkin hehe.. Adinda Pangeran yang cakep ini punyanya siapa
sich?”
Kata inilah
yang membuat hati Mukti semakin mengena di hati. Wajahnya mulai kelihatan
memerah menahan malu karnanya. Di kamar yang berwarna merah jambu yang dihiasi
oleh kupu-kupu cantik dari kayu itu ia berbArina Rahmawatig tertawa-tawa,
dengan rasa gembira, karna rasa cinta kepada Nuha sang kekasih hatinya. Tiada
waktu yang sesingkat itu, mereka habiskan malam itu tuk bercanda bersama. Berbagi
cerita selalu tertawa, indah rasanya, seperti baru mengudara di samudra
menembus antariksa pergi ke surga, nyaman penuh bahagia. Malam itu kelopak mata
Nuha mulai terasa berat.
“Adik sayang mas bobo dlu ya, bobo yuk Dik
manis, haha… Met malam Permata hatiku. Mimpi indah ya sayang, jangan lupa
berdoa, dan yang paling penting jangan lupa mimpiin mas Nuha ya cantik. Semoga
besuk kelak kita dapat menjadi pasangan yang sejati dan diridhoi oleh sang
Illahi, Ammin ya robbal’aalamiin” sms Nuha kepada pasangan tercintanya.
Malam itu
adalah malam yang terindah bagi Nuha dan Mukti. Mereka dapat saling bertukar
cerita bahagia dengan pasangannya.
***
Di dalam mimpi
Nuha berjalan-jalan di kanan sungai dengan suara air yang gemricik berwarna
jernih. Ia susuri sungai itu dari hilir ke hulu. Jalan setapak dari tanah yang
ditumbuhi rerumputan, jalan yang berbatu ia lalui dengan sekuat tenaga karena
ia kan berjumpa dengan pasangannya yang ia cinta yaitu Mukti Yunita. Terkadang
ia pun merasa kesakitan karna batu-batu yang runcing menggores kulit kakinya.
Tetesan demi tetesan darah yang menetes di sepanjang jalan itu tak dihiraukan
olehnya. Hal ini dikarenakan ia sangat cinta pada pasangannya, pengorbanan yang
begitu besar padanya. Walaupun sudah banyak yang keluar tertusuk oleh bebatuan
yang runcing di jalan setapak di kanan sungai yang mengalir dengan tenangnya.
“Aku gapapa
sakit-sakit seperti ini, ini adalah bentuk pengorbananku padanya, ini adalah
ungkapan rasa yang besar mengenai cintai padanya, aku harus bisa sampau ke hulu
untuk bertemu dengan permata hatiku.” Pikir Nuha dengan jerih payah menembus
segala kesulitan dalam berjalanan itu.
Hingga di
suatu saat ia bertemu dengan batu yang besar nan kasar menutupi jalannya untuk
bertemu dengan Mukti, wanita yang ia sayangi. Ia mulai berfikir bagaimana ia
bisa melewati batu ini. Ia mulai memanjat batu itu dengan baju putih bersih
yang ia kenakan sebelumnya. Sedikit demi sedikit batu itu terpanjat olehnya.
Nuha mulai
memandang apa yang ada di balik batu itu sejauh mata memandang. Ia lihatnya sebuah taman yang dipenuhi banyak
cahaya yang di dalamnya terdapat sebuah mata air yang mengalir ke hilir-hilir
sungai. Datanglah ia menuju mata air itu. Ia melihat jernihnya air yang keluar
mengalir ke sungai-sungai kecil di sekitarnya. Setelah melihatnya, ia
membalikkan badan dan memandang bunga-bunga di taman yang menunjukkan
keindahannya dengan bunga-bunga yang sedang mekar. Terbesit dalam pikirnya bahwa
ia di taman yang indah ini ia mencari permata hatinya yang ia cinta. Seketika
bunga yang bermekaran itu mulai layu, air yang mengalir ke hilir mulai mengering,
cahaya yang tadinya ada menjadi hilang gelap gulita. Ia kemudian menemukan
wanita yang ia sayangi, Mukti. Tak disangka ia bersama seorang pria yang ia
gandeng tangannya sambil berjalan mengelilingi taman yang gelap gulita.
Seketika Nuha pun menangis tergila-gila. Kenapa wanita yang ia cinta tega
melakukan apa yang membuat cintanya menjadi terbengkala hanya karna seorang
pria. Padahal ia telah melakukan banyak pengorbanan padanya. Jalan yang setapak
ia laluinya, batu-batu runcing yang menembus kulit kakinya dan lain sebagainya.
***
Nuha mulai
terbangun dari tidurnya. Ia lihat jam yang menunjukkan jam setengah tiga. Air
matanya masih bercucuran di dunia nyata. Masih sakit rasanya melihat
pasangannya berjalan dengan pria yang ia cinta. Di kamar yang berwarna biru
muda, ia meneteskan tetesan air mata di bantal kesayangannya yang berwarnya
biru muda.
Ia mulai
mengambil air wudhu dan sholat tahajut. Di malam yang hening ia peranjakkan doa
kepada Tuhan Sang Pencipta alam semesta, Allah SWT. Dalam doanya ia teteskan
air matanya, tangisnya, kekhusyukannya agar ia ditunjukkan dalam keadaan yang
sebenar-benarnya, agar ia diberikan kemudahan dalam segala urusannya, agar ia
dibimbing oleh Allah SWT dalam menjalani kehidupannya di dunia yang dapat
mengantarkannya kedalam ridho-Nya.
***
Di sekolah Nuha
bertemu dengan kekasih hatinya. Dilihatnya bahwa pasangan itu tidak berbuat
sejahat yang ada dalam mimpinya. Nuha berfikir mungkin semua hanyalah bunga
tidur. Pagi itu Nuha pergi ke kelas permata hati itu ia lihat handphonenya
apakah ada tanda-tandanya kalau dia selingkuh bersama pria lainnya. Ternyata
hasilnya nihil dia tidak aja kata-kata mesya yang ada di dalam handphonenya
selain sms dari Nuha.
***
Sepulang
sekolah Nuha masih terngiang-iang oleh mimpi yang ia mimpikan semalam. Seperti
biasanya ia mencoba untuk menafsirkan mimpi tersebut, dan didapatnya bahwa itu
adalah suatu petunjuk dari Sang Illahi. Petunjuk yang ia dapatkan dari tafsiran
mimpinya bahwa kelak suatu hari akan nampak ternyata Mukti orang yang paling ia
sayangi akan pergi tanpa memberi perhatian yang lebih pada diri Nuha serta ia
tak akan melihat seberapa besar pengormanan Nuha kepadanya, ia hanya akan
bercinta dengan pria yang bernama Fino Laksmana Putra.
Tiga hari
kemudian ku lihat handphonenya yang sedang tergeletak di atas meja. Ku buka aplikasi
media sosialnya yang bisa berinteraksi dengan sesama manusia walaupun dengan
jarak yang sangat jauh. Ku lihatlah ia ternyata tertawa bersama, bercanda
bersama dan hal-hal membuat keduanya seperti ada hubungan apa-apa. Ku ingat
pesan dari beberapa guru di SMA yang mengajarkanku tentang berfikiran positif
dan kesetiaan. Tetapi ada beberapa kata-kata yang mesra dan emot cium kepada
lainnya, Mas Antono namanya.
Dulu Mas Antono
Gilang Sentosa adalah seorang guru yang masih muda yang yang mengajar Mukti di
les-lesannya. Tetapi ia menyimpan rasa cinta kepada Mukti. Dia pernah bilang
“Wah
seandainya kmu tu seumuranku kmu akan ku nikahi jadi istriku, mas sayang sama
kamu” kata mas Antono dengan Mukti pacar Nuha sekarang ini.
Selain chating
dengan Mas Antono, Mukti juga banyak bercandaan dengan Fino. Fino adalah
seseorang yang dulu Mukti sukai ketika SMP. Mukti sering sms, bbm dengannya.
Dengan bahasa yang lumayan menggoda. Nuha sering mempunyai firasat bahwa Mukti
sering sms, bbm, wa, dan lainnya, namun itu semua sebelum diperlihatkan kepada
Nuha, semuanya ia hapus semuanya agar jejaknya tidak diketaui oleh Nuha.
Nuha pun hanya
memaklumi kejadian itu dan berfikir positif, ia mencoba bicara dengan
kekasihnya mengenai hal tadi dengan baik-baik. Mukti pun menangis di depanku
merengek-renngek atas semua perbuatannya karena telah bemesra-mesraan dengan
pria lainnya. Mukti pun berkata
“Iya mas adik
ga akan sms, wa, bbm an selain sama Mas Nuha, adik janji mas, adik janji sama
Mas Nuha hu..hu…hu…”.
“Beneran lho
dik mas pegang lho janjinya adik” tegas Nuha.
***
6 bulan
kemudian…
Ketika Nuha
jalan menuju kelasnya, datang dengan hati yang riang. Saat sampai di depan
pintu huha dan Mukti saling menebar senyum pada pasangannya. Nuha jalan menuju
bangku tempat Mukti menimba ilmu. Ketika berbincang-bincang, tiba-tiba
handphone Mukti bergetar dan saat itu juga bel masuk berbunyi, “Teng…. Teng…
Teng…”. Nuhakembali menuju kelasnya sambil membawa handphone milik pasangannya
yang ia percayakan karena janji pasangannya yang dulu, sedangkan handphonnya
dibawa Mukti sebagai ganti.
Di kelas yang
bersih, rapi, yang dihiasi kata-kata impian yang tinggi Nuha mulai menggali apa
yang dilakukan oleh mukti. Tak habis pikir, ternyata Mukti sms an, bbm an, wa
an, dengan pria lain yaitu Fino Laksmana Putra dan Antono Gilang Sentosa dengan
kata-kata yang membuat Nuha benci yaitu Mukti dengan mereka menggunakan
kata-kata mesra, saling membagi rasa sayang maupun cinta, emot cium, dan
sebagainya. Mulai hari itu Nuha dan Mukti menjadi lebih renggang. Dan setelah
kami putus Mukti lebih dekat-dekatan dengan Fino, walaupun Fino masih
berpacaran dengan wanita lain bernama Arina Rahmawati. Tak hanya dengan sms
dengan yang mesra saja, tapi juga pergi bersama walaupun malam telah tiba.
Mereka berdua melalukan hal itu bersama.
***
10 tahun
kemudian…
Dengan penuh
ketabahan dan kesabaran akhirnya Nuha mempunyai istri yang sholihah, istri yang
penuh kesabaran, penghafal Quran yang baik hatinya dan rupanya. Nuha sangat
bersyukur kepada Allah SWT karena ia tidak lagi bersama Mukti, karena Mukti
mendapat penyakit aneh yang belum ditemukan sebelumnya.
“Ternyata
Allah itu telah merencanakan yang TERBAIK buat kita, kita ambil hikmah di
dalamnya insyaallah kita akan selalu bersyukur kepada-Nya” ucap Nuha kepada
istri dan ketiga anaknya yang masih balita.
Kini hingga
sampai mereka meninggal dunia keluarga Nuha hidup dengan sakinah mawaddah
warohmah.
~ SELESAI ~
Penulis memohon maaf apabila terdapat kesamaan nama tokoh atau pun yang lainnya yang kurang berkenan karena dalam cerpen ini hanya nama fiktif dan ditujukan untuk memenuhi tugas ketika di SMA.
Jangan lupa untuk berkomentar ya dan request artikel yang lainnya. Terimakasih sobat