
Gambar diambil dari internet
“Hei…hei… sssttt...semuanya, tu lihat…lihat Hadi lagi jalan ma Lia, ayo-ayo kita lihat, ayo…ayo…” bisikan kecil seorang temenku yang menyita banyak perhatian teman-teman lainnya. Aku dan Lia seperti kijang yang sedang diincar singa sebagai mangsa yang lezat baginya. Berjalan dengan agak kencang karna bisikan kecil dari teman dan rintikan hujan yang terus mengguyur dan membasahi tubuh kami yang akan mengambil tempat pensil di laci bangku di kelas kami. Di kelas yang bersih, harum, dan meja-meja yang tertata rapi itu, kami mulai mengambil kotak pensil yang tertinggal itu. Tiba-tiba…
“DOOORR….!!”
Suara pintu
kelas yang menggelegar dari kejauhan. Aku dan Lia terkejut seperti seekor
harimau yang bangun dari tidur panjangnya yang sigap loncat dari rasa terpesona
ketika bersama di kelas yang menyejukkan mata dengan gambaran-gambaran
dindingnya nan indah. Pintu kecil yang ku lewati tadi tiba-tiba tekunci dari
luar. Aku dan Lia hanya saling memandang, saling bertanya mengapa pintu itu
terkunci ketika kami berdua di dalamnya. Suara tawa dari luar pintu itu pun
terdengar sampai gendang telingaku. Ternyata teman-teman perempuanku yang mengganjal
pintu kecil tersebut dengan badannya yang dirasa kuat baginya untuk mengunciku
dalam kelas yang mulai pengap itu. “Hai ini gimana…???” ucap Lia dengan rasa
yang dag dig dug karna bersamaku. Suara yang
gemetar dengan nada-nada yang lembut sebagai tanda bagiku bahwa dia
mencintaiku. Ia yang sedang duduk di kursi kecil belakang kelas dekat pintu itu
makin lama menampakkan wajah malu dan senang karna bersamaku. Sebenarnya aku
ingin menjadikan dia sebagai wanita pujaan hatiku tanggal 09 November 2011 ini
tapi itu semua ternyata belum jadi karna suara bising yang mengganggu keadaan
hatiku yang ingin bahagia bersamanya. Aku hanya tersenyum dan menjawab
“Ditunggu aja sampai mereka mulai lemah menahan pintu kecil itu”.
Dengan
tenaga yang penuh, gadis cantik itu pun bangkit dari tempat duduknya menuju
pintu yang tertutup itu. Ia mendorong dengan penuh tenaga dari balik pintu yang
ditahan oleh teman yang lain. Wajah cantiknya ketika mendorong pintu kecil itu
terlihat lucu bagi diriku ini. Terlihat lesung pipi pipitnya yang terlihat
lembut serta matanya yang memancarkan kilauan cahaya dari berlian yang
bersinar, membuat diriku semakin cinta padanya. Walaupun dengan tenaganya yang
kuat, tetap saja dia belum bisa membuka pintu kecil itu. Hingga akhirnya aku
yang mendorong pintu kecil itu. Tak lupa ku baca basmalah sebelum membukanya,
dan akhirnya “Ngiiick..” pintu itu pun terbuka dengan mudah.
“AAAAKKKHH!!”
Jeritan
teman-teman wanita kelasku yang terdengar kerasnya mendemtum di depan wajahku,
menjerit kesakitan tertabrak pintu kecil yang baru itu. “Aduh Hadi, sakit….”
rengean seorang temenku yang tadi mengganjal jalan keluarku dan Lia.
Kebersamaanku dengan Lia pun membuat gaduh sekolah tentang sepasang pemuda yang
sedang jatuh cinta. Aku belum jadi bilang kepadanya agar menjadi seorang
permaisuriku yang aku sayang. “Tapi gak pa pa, besuk dia akan menjadi merah
delimaku yang aku cinta, aku sayang, dan aku perhatikan agar ku dan dia selalu
bersama bagaikan lebah dan bunga yang keduanya saling melengkapi, saling
membutuhkan dan yang penting selalu berdampingan untuk selama-lamanya” ucapku
dalam hati yang penuh semangat kepadanya. Tak terasa mentari telah lelah
menemani hariku ini, hari mulai terlihat petang. Aku dan teman-teman lainnya
pun melangkah menuju istana megahnya masing-masing.
Di malam
yang terselimuti kedinginan suasana luar dan kehangatan cinta yang membara
dalam hatiku menemaniku dalam tidur pulasku. Ku tertidur dengan buaian mimpi
indahku. Dalam mimpi indahku, aku berjalan-jalan mengelilingi taman hijau yang
subur. Taman yang dikelilingi oleh cahaya abadi yang selalu bersinar
menyinariku kamanapun aku pergi. Tiba-tiba terlihat sesosok bidadari cantik
jelita yang datang mendekatiku. Kulitnya yang putih bersinar dengan pakaiannya
yang menutup tubuhnya datang mendekatiku dengan tingkah laku jalannya yang
sedikit malu-malu dan pandangan matanya yang begitu jernih sejernih air mutiara
telaga surga. Ku terpesona melihat bidadari itu. Semakin lama bidadari itu
semakin dekat dan semakin dekat. Ternyata sungguh mempesonanya bidadari itu,
dia adalah wanita yang aku idam-idamkan sejak kelas 7 di SMP. Hatiku semekin
berdetak semakin kencang, grogi karnanya.
Fajar mulai
terlihat di ufuk timur dengan bentangan kesejukan yang menyelimuti diriku ini. “Hari
sudah pagi, ku harus bergegas tuk berangkat sekolah, Lia my dear I am coming for
you…” ucapku penuh semangat yang membara berapi-api tuk bertemu dengan Liayati
Mukarromah, Gadis Pujaan Hatiku. Ku siram tubuhku dengan air dingin di kamar
mandi milikku yang kecil berwarna kuning dan bersih itu. Kesegaran air yang
menyejukkan diriku itu membuat hati ini semakin semangat menjalani hari-hari
selanjutnya.
“Kriiiiiiiing…..”
Tak terasa
sudah pukul setengah tujuh. Ku mulai bergegas berangkat sekolah dengan sepeda
biru besar milikku yang sudah mulai usang itu. Mulai dari rumah hingga masuk ke
kelas, ku tersenyum melulu karna hari ini adalah hari yang akan spesial
untukku. Di depan kelasku yang indah itu, aku disambut oleh temen-temen
perempuan kelasku dengan teriakan-teriakan yang menggelegar sehingga
menyebabkan wrga sekolah yang lain menatap diriku yang kurus dan lugu ini.
Pipiku kemerah-merahan menahan malu karna teriakan-teriakan tadi.
Ku mulai
melangkah mendekati pintu dan membukanya perlahan-lahan. Aku terkejut, ternyata
muncul seorang bidadari yang aku cintai sejak tiga tahun yang lalu, Liayati
namanya. Tatapan matanya yang begitu indah menawan membuatku semakin melayang
terpesona hingga ku mulai tersadar bahwa kita sedang bertatap-tatapan. Dari
situ kuluguan dari diriku mulai kelihatan muncul dari kehangatan tubuhku. Ku
hanya tersenyum padanya dan mulai berjalan lagi menuju tempat duduk kecilku
yang berada paling depan dekat meja guru. Dia pun membalas senyumku dengan
senyum manisnya. Sungguh senang hati ini ketika dia membalas senyum dari
diriku.
Tidak mau
kalah, para teman laki-laki kelasku juga menggodaku dengan kata-kata yang
membuatku salah tingkah. Ku hanya seperti orang yang tidak jelas keberadaannya
karena bingung dan malu saat di goda oleh teman-teman kelasku.
Lonceng
sekolah meneriakkan suara kerasnya, tanda jam pelajaran akan dimulai. Aku dan
teman-temanku bergegas duduk di bangku mungilnya masing-masing. Kami pun mulai
berdoa untuk memulai pelajaran. Terasa hikmatnya suasana kelasku ketika berdoa
bersama. Tak lama kemudian guru pelajaran biologi, Ibu Nunung dengan jalannya
yang lemah gemulai itu. Walaupun aku mencintai seorang wanita pujaan hati,
perhatianku terhadap guru tetap tinggi. Hingga pukul delapan salah satu
temanku, Aniq berkata, “Eh Bu ada gosip baru lho di kelas ini, ada yang saling
cinta”. “Siapa dia?” jawab Bu Nunung dengan wajah yang penasaran tentang siapa
yang di gosipkan di kelasku ini. Dengan serentak teman-teman perempuan kelasku
membalas pertanyaan guru itu dengan lantang “LIA BU….LIA….”. Wajahkku mulai
tampak kemerah-merahan menahan malu, apalagi ketika bu guru bertanya kembali
“Dengan siapa anak-anak? Kok girang banget?”. “HADI….” sahut teman-teman
kelasku sambil menunjuk ke arahku. Aku pun jadi salting dengan kelakuan yang
aneh dariku. Ibu Nunung menyambung pembicaraannya lagi sambil mendekatiku
dengan senyuman manisnya sambil berkata, “Hehe… gak pa pa ya mas ya” berhenti
sejenak “Masa remaja kaya gitu itu biasa kok, sudah kodratnya”. Rasa malu dalam
diriku mulai memuncak wajahku merah jambu menahan malu tersebut.
Pelajaran
biologi pun di lanjutkan kembali. Ketika melontarkan sebuah soal Bu Nunung
membaginya dengan perwakilan dari siswa laki-laki dan perempuan. “Siapa yang
mau maju dari perwakilan Kaum Hawa?” Ibu Nunung memberikan waktunya untuk seseorang
yang akan menjawab soal yang ada di papan tuLia yang lebar nan bersih itu. “LIA
Bu…” sekelas serentak menjawab dengan sepontan. “Yang laki-laki, siapa?” Ibu
menyambung pembicaraannya kembali, dengan kompak teman-teman kelasku menjawab,
“HADI…” karena aku dan dia tercantum dalam selebritas hot bulan itu.
Sepulang
sekolah ketika mentari mulai lelah menyinari hari itu sekitar pukul 15:30, aku
ingin menjadikan dia menjadi pujaan hatiku. Itupun terkabulkan pada hari itu,
Kamis 10 November 2011. Beteng, gedung sekolah, dan tempat tidur menjadi saksi
bisu percintaan kami berdua. Di hari itu aku merasa senang karena bisa
mendapatkan wanita yang mempesona, yang aku idam-idamkan tiga tahun sebelumnya.
Tentu hal ini ada campur dari orang lain yaitu Ulfah dan Malika, sahabat dia
sejak menduduki bangku SMP.
No comments:
Post a Comment