Monday, August 29, 2016

CERITA PENDEK (CERPEN) SAHABAT TERBAIK


CERITA PENDEK (CERPEN) SAHABAT TERBAIK
Gambar bersumber dari internet

"Huhuhu..." sepulang sekolah suara tangisan seorang gadis terdengar di belakang sekolahku. Suara tangisan tersedu-sedu yang khas, mengalunkan irama duka yang mendalam. Aku, Fatimah, dan Putri berlari terbirit-birit mendatangi syara itu. Tak kuduga bahwa yang menangis itu Lita, sahabatku. Dia menangis sendiri di samping beteng sekolah dekat kantin tempat aku makan tadi.
“Ada apa Lit? Gerangan kamu menangis. Apakah kami bisa membantumu?” tanyaku dengan penuh perhatian. Lita pun hanya menangis tak berkata apa pun padaku. “Katakan saja Lit, tidak apa-apa mungkin kami dapat membantumu, katakan saja” ucap Fatimah dengan rasa ibanya. Mendengar pertanyaan-pertanyaan dari sahabat-sahabatnya itu, dia lalu menjawab “hu...hu...hu...ayahku sakit, beliau harus dirawat dengan intensif, tapi biayanya mahal, keluargaku tidak punya uang untuk membayar biaya itu, hu...hu...hu...”.  Sahut Putri, “Ayahmu sakit apa Lit? Membutuhkan biaya berapa sich Lit?”. “Tipes sebenarnya sudah sejak dulu sakit, tetapi karena kami tidak mempunyai uang untuk berobat, jadi beliau blm sempat berobat berobat, dan biayanya itu bisa mencapai 250 ribu” jawab Lita dengan air matanya yang terus-menerus mengucur deras.
Aku, Fatimah, dan Putri bertatap-tatapan, saling memandang dan memikirkan hal yang sama. Berpikir untuk membantu dia agar dapat sedikit tersenyum. “Terimalah sedikit uang ini, mungkin ini bisa sedikit meringankan bebanmu Lit” sambil ku keluarkan selembar kertas hijau dari sakuku. Bagitu pun dengan Fatimah dan Putri , mereka juga mengeluarkan kertas berharganya untuk Lita.
Dengan rasa terharu Lita pun menerima uang itu dan berkata “Terimakasih kawan, kalian memang sahabat-sahabatku yang terbaik, makasi ya kawan”. Lita lalu memelukku dan sahabat-sahabatku.
Matahari mulai hilang termakan oleh gelapnya malam. Kami masih berkumpul di samping beteng dekat kantin itu. Kami baru tersadar jika hari hampir petang karena pak satpam menegur kami “Kenapa belum pulang, sudah hampir malam lho...”. Setelah tersadar kami pun berjalan menuju tempat parkir yang telah sepi, kosong oleh kerumunan sepeda-sepeda sekolah. “Ayo agak cepat”, ujar Putri “Nanti kita dicari orang tua kita” sambil lari menuju sepedanya. Tak lupa kami berdoa dan pulang dengan hati-hati. Akhirnya pun aku sampai rumah. Senangnya hatiku hari ini karena aku dapat membantu sahabatku yang sedang kesusahan.
Matahari mulai muncul di ufuk timur dengan rasa malu-malu dengan pipi kemerah-merahan mendekati oranye. “Wah sudah pagi, ku harus cepat-cepat berangkat sekolah agar rencana ku berhasil sebelum Lita datang”, kataku dalam hati. Dengan mata yang masih ingin menutup lagi, aku berjalan unruk mandi, sarapan, dan berangkat sekolah.
Sampai di sekolah ternyata semua siswa telah sampai di sekolah kecuali Lita. Pada saat itu juga rencanaku aku laksanakan, yaitu meminta solidaritas kepada teman-temanku untuk membantu biaya pengobatan ayahnya Lita.
“Syukurlah uangnya sudah terkumpul banyak, mencapai 120 ribu rupiah”’ kataku kepada teman-temanku “Makasih ya teman-teman semua, semoga Allah melipat gandakan pahala kalian...Aamiin...”. Aku lalu duduk di kursiku, depan meja guruku mengajar. Tak lama kemudian Lita datang ke kelas dan duduk di sampingku. Ia masih membawa kesedihannya. “Kriiiing...” kerasnya teriakan bel sekolah, tanda bahwa pelajaran akan segera dimulai. Kami lalu mempersiapkan buku dan alat tulis untuk mengikuti pelajaran-pelajaran dalam ruang yang bersih, harum, bahkan sejuk.
Waktu telah menunjukkan pukul setengah lima sore, pelajaran usai. Sebelum pulang aku tidak lupa memberikan uang itu kepada Lita. “Lit ini ada sedikit solidaritasdari teman-teman satu kelas. Semoga ini dapat meringankan biaya pengobatan orang tuamu, lebih cepat lebik baik Lit”, ujarku. “Iya Nur nanti aku bawa ayahku ke rumah sakit. Makasih teman-teman semua, semoga kebarokahan selalu menyelimuti kalian semua”, sahut Lita dengan wajahny yang mulai gembira.
Tiga hari kemudian Lita berangkat sekolah dengan senyum lebar dan berkata pada teman-teman semua “Makasih ya teman atas bantuan kalian sekarang ayahku sudah sembuh total”. Sekelas pun menjawab dengan serentak “Iya sama-sama Lit, kami juga ikut senang jika ayahmu dapat sembh total”.

No comments:

Post a Comment