Tuesday, August 30, 2016

CERITA PENDEK (CERPEN) ROMANTIS SAYATAN PERMATA PEMBEKAS LUKA

CERITA PENDEK (CERPEN) ROMANTIS SAYATAN PERMATA PEMBEKAS LUKA
Karya : Nurhafizh Muslim Aziz

Di lorong sekolah di kala senja itu hati Nuha semakin berdegup kencang, memandang seorang wanita cantik berkulit putih yang datang perlahan mendekatinya dengan senyuman menggoda indah dipandang mata. Matanya yang indah berkaca-kaca memancarkan cahaya suka cita karna lama tak jumpa. Nuha pun hanya diam seribu bahasa, terpesona karnanya, wanita yang ia cinta sejak kelas 2 SMA datang menghampirinya.
“Senangnya hati ini melihat wajahnya yang berseri menatap diri ini yang telah menjaga hati untuk dia seorang diri” batin Nuha.
Tak lama melangkah wanita itu pun berlari mendekatinya. Sesaat di depanku langkahnya pun terhenti, kami saling menatap memandang wajah satu sama lain.
Batin Nuha, “Ku kira aku kan dapat pelukan mesra dArina Rahmawatiya, karna dia sudah sangat rindu pada orang yang ia cinta. Kenapa kita hanya berpandang mata?”.
Ternyata dugaan Nuha salah seketika, wanita yang masih memakai seragam abu-abu putih itu justru menampar pipi Nuha, perih dan pedih tak luput mewarnai senja itu.
“Kenapa kamu tampar aku wahai cintaku…???” tanya Nuha keheranan dengan kelakuaannya.
Dengan wajah kecewa ia pun berkata, “Nuha kamu jahat, kamu jahat bangeet, kamu ga ngertiin perasaan aku hu…hu…hu…”.
Tangisnya membuat Nuha merasa iba dan kecewa dengan dirinya. Iba karna orang dicintanya meneteskan air mata, dan kecewa karna dirinya kurang bisa peka terhadap pujaan hatinya itu.
Ku pegang tangannya sambil berkata, “Wahai bidadari pemilik hati, apa gerangan yang membuat adinda kecewa? Mas selalu menjaga adinda yang kakanda cinta kok”.
“Kakanda jahat, kenapa sich kakak tadi malam ga bales smsku, aku tu kangen banget Kak, kangeeen banget sama Kak Nuha, kakak tu tau ga sich kalau aku kangen? Adik tu hanya sendiri di rumah aku sms ga di jawab, aku telphone ga di angkat, kakak tu ngapain sich tadi malam? Adik kok di tinggal ga di ajak sich, aaaaaa kakak jahat kakak Nuha jahat. Kakak buat adik nangis terus hu…hu…hu… Tadi malam adik nangis dah 3 jam, sekarang nangis lagi kakak tu ga kasian po sama adik hu…hu…hu…”.
Memotong pembicaraan Kak Nuha menenangkan hatinya, “Iyaa…. Iyaa Mukti ku sayang kakak kasiaaan banget sama adinda ku ini, kasiiaaan banget he…he…he…” mencubit lesung pipitnya “Iya maaf ya sayang tadi malem kakak dah tidur mas capeek banget dari pagi sampai jam 10 ada acara terus sayang, tapi sesibuk-sibuknya kakak tetap ingat adik cantik ini kok, I Love Mukti”.
Kata-kata Nuha akhirnya dapat meluluhkan kerasnya hati Mukti tercinta. Dengan tatapan Nuha yang penuh kasih sayang dan rasa cinta, kini senyuman Mukti telah kembali, kesedihan menjadi kegembiraan, yang semula disayangkan menjadi rasa sayang. Terbesit dalam pikir Nuha mungkin ia harus lebih gesit dalam bercinta dengan wanita pujaannya yang biasa ia panggil dengan sebutan permata, “Permata Cinta”.
Tak terasa sang surya telah lelah menemani mereka berdua. Sesegeralah mereka berpamitan pulang ke istana mereka masing-masing. Beberapa langkah Nuha meninggalkan permata cintanya tuk pulang, namanya dipanggil “Kak Nuhaa…???”. Nuha pun memutar balik badannya menghadap panggilan suara tersebut. Tiba-tiba adinda Mukti memeluknya dengan pelukan mesra sambil seraya,
“Kak temeni adinda terus ya Kak, adinda juga sayang kakak kok, kakak hati hati-hati di jalan ya, kalau ada cewek lewat jangan lirak-lirik lhoo, kan kakak sudah punya aku. Ya Kak ya…!!!”.
Hanya dengan senyuman berartinyalah Nuha membalas. Setelah itu, mereka kembali melanjutkan perjalanan pulangnya. Nuha dan Mukti berjalan menuju parkiran yang sepi gelap karna hari telah menunjukkan malam hari. Genjotan motor jadul Nuha menjerit-jerit membisingkan malam yang sunyi itu.
Sesampai di rumah, Nuha menuju kamar mandinya yang kecil nan bersih dengan keramik biru nan mengkilap. Nuha memang anak yang rajin, ia sering menggosok lantainya dengan sikat ketika mandi. Sesaat setelah sikat gigi, handphone yang ia miliki berbunyi. Cepat-cepatlah ia menyelesaikan sikat gigi dan mandinya di malam hari itu. Ia lihat handphonenya. Ternyata ada sms dari Mukti permata hatinya.
“Sayang baru apa? Adik dah wangi lhooo… kakak masih bauk yaa…?? #wek :p” sms dari Mukti dengan nada mengejek.
Tak mau kalah dengannya Nuha pun juga membalas dengan candanya yang membuat rasa cinta pasangannya semakin menggila padanya
“Pangeran Cintamu dah wangi yaw :p ya masa’ sich Pangeran Cinta yang ganteng ini blm mandi, kan ga mungkin hehe.. Adinda Pangeran yang cakep ini punyanya siapa sich?”
Kata inilah yang membuat hati Mukti semakin mengena di hati. Wajahnya mulai kelihatan memerah menahan malu karnanya. Di kamar yang berwarna merah jambu yang dihiasi oleh kupu-kupu cantik dari kayu itu ia berbArina Rahmawatig tertawa-tawa, dengan rasa gembira, karna rasa cinta kepada Nuha sang kekasih hatinya. Tiada waktu yang sesingkat itu, mereka habiskan malam itu tuk bercanda bersama. Berbagi cerita selalu tertawa, indah rasanya, seperti baru mengudara di samudra menembus antariksa pergi ke surga, nyaman penuh bahagia. Malam itu kelopak mata Nuha mulai terasa berat.
“Adik sayang mas bobo dlu ya, bobo yuk Dik manis, haha… Met malam Permata hatiku. Mimpi indah ya sayang, jangan lupa berdoa, dan yang paling penting jangan lupa mimpiin mas Nuha ya cantik. Semoga besuk kelak kita dapat menjadi pasangan yang sejati dan diridhoi oleh sang Illahi, Ammin ya robbal’aalamiin” sms Nuha kepada pasangan tercintanya.
Malam itu adalah malam yang terindah bagi Nuha dan Mukti. Mereka dapat saling bertukar cerita bahagia dengan pasangannya.
***
Di dalam mimpi Nuha berjalan-jalan di kanan sungai dengan suara air yang gemricik berwarna jernih. Ia susuri sungai itu dari hilir ke hulu. Jalan setapak dari tanah yang ditumbuhi rerumputan, jalan yang berbatu ia lalui dengan sekuat tenaga karena ia kan berjumpa dengan pasangannya yang ia cinta yaitu Mukti Yunita. Terkadang ia pun merasa kesakitan karna batu-batu yang runcing menggores kulit kakinya. Tetesan demi tetesan darah yang menetes di sepanjang jalan itu tak dihiraukan olehnya. Hal ini dikarenakan ia sangat cinta pada pasangannya, pengorbanan yang begitu besar padanya. Walaupun sudah banyak yang keluar tertusuk oleh bebatuan yang runcing di jalan setapak di kanan sungai yang mengalir dengan tenangnya.
“Aku gapapa sakit-sakit seperti ini, ini adalah bentuk pengorbananku padanya, ini adalah ungkapan rasa yang besar mengenai cintai padanya, aku harus bisa sampau ke hulu untuk bertemu dengan permata hatiku.” Pikir Nuha dengan jerih payah menembus segala kesulitan dalam berjalanan itu.
Hingga di suatu saat ia bertemu dengan batu yang besar nan kasar menutupi jalannya untuk bertemu dengan Mukti, wanita yang ia sayangi. Ia mulai berfikir bagaimana ia bisa melewati batu ini. Ia mulai memanjat batu itu dengan baju putih bersih yang ia kenakan sebelumnya. Sedikit demi sedikit batu itu terpanjat olehnya.
Nuha mulai memandang apa yang ada di balik batu itu sejauh mata memandang.  Ia lihatnya sebuah taman yang dipenuhi banyak cahaya yang di dalamnya terdapat sebuah mata air yang mengalir ke hilir-hilir sungai. Datanglah ia menuju mata air itu. Ia melihat jernihnya air yang keluar mengalir ke sungai-sungai kecil di sekitarnya. Setelah melihatnya, ia membalikkan badan dan memandang bunga-bunga di taman yang menunjukkan keindahannya dengan bunga-bunga yang sedang mekar. Terbesit dalam pikirnya bahwa ia di taman yang indah ini ia mencari permata hatinya yang ia cinta. Seketika bunga yang bermekaran itu mulai layu, air yang mengalir ke hilir mulai mengering, cahaya yang tadinya ada menjadi hilang gelap gulita. Ia kemudian menemukan wanita yang ia sayangi, Mukti. Tak disangka ia bersama seorang pria yang ia gandeng tangannya sambil berjalan mengelilingi taman yang gelap gulita. Seketika Nuha pun menangis tergila-gila. Kenapa wanita yang ia cinta tega melakukan apa yang membuat cintanya menjadi terbengkala hanya karna seorang pria. Padahal ia telah melakukan banyak pengorbanan padanya. Jalan yang setapak ia laluinya, batu-batu runcing yang menembus kulit kakinya dan lain sebagainya.
***
Nuha mulai terbangun dari tidurnya. Ia lihat jam yang menunjukkan jam setengah tiga. Air matanya masih bercucuran di dunia nyata. Masih sakit rasanya melihat pasangannya berjalan dengan pria yang ia cinta. Di kamar yang berwarna biru muda, ia meneteskan tetesan air mata di bantal kesayangannya yang berwarnya biru muda.
Ia mulai mengambil air wudhu dan sholat tahajut. Di malam yang hening ia peranjakkan doa kepada Tuhan Sang Pencipta alam semesta, Allah SWT. Dalam doanya ia teteskan air matanya, tangisnya, kekhusyukannya agar ia ditunjukkan dalam keadaan yang sebenar-benarnya, agar ia diberikan kemudahan dalam segala urusannya, agar ia dibimbing oleh Allah SWT dalam menjalani kehidupannya di dunia yang dapat mengantarkannya kedalam ridho-Nya.
***
Di sekolah Nuha bertemu dengan kekasih hatinya. Dilihatnya bahwa pasangan itu tidak berbuat sejahat yang ada dalam mimpinya. Nuha berfikir mungkin semua hanyalah bunga tidur. Pagi itu Nuha pergi ke kelas permata hati itu ia lihat handphonenya apakah ada tanda-tandanya kalau dia selingkuh bersama pria lainnya. Ternyata hasilnya nihil dia tidak aja kata-kata mesya yang ada di dalam handphonenya selain sms dari Nuha.
***
Sepulang sekolah Nuha masih terngiang-iang oleh mimpi yang ia mimpikan semalam. Seperti biasanya ia mencoba untuk menafsirkan mimpi tersebut, dan didapatnya bahwa itu adalah suatu petunjuk dari Sang Illahi. Petunjuk yang ia dapatkan dari tafsiran mimpinya bahwa kelak suatu hari akan nampak ternyata Mukti orang yang paling ia sayangi akan pergi tanpa memberi perhatian yang lebih pada diri Nuha serta ia tak akan melihat seberapa besar pengormanan Nuha kepadanya, ia hanya akan bercinta dengan pria yang bernama Fino Laksmana Putra.
Tiga hari kemudian ku lihat handphonenya yang sedang tergeletak di atas meja. Ku buka aplikasi media sosialnya yang bisa berinteraksi dengan sesama manusia walaupun dengan jarak yang sangat jauh. Ku lihatlah ia ternyata tertawa bersama, bercanda bersama dan hal-hal membuat keduanya seperti ada hubungan apa-apa. Ku ingat pesan dari beberapa guru di SMA yang mengajarkanku tentang berfikiran positif dan kesetiaan. Tetapi ada beberapa kata-kata yang mesra dan emot cium kepada lainnya, Mas Antono namanya.
Dulu Mas Antono Gilang Sentosa adalah seorang guru yang masih muda yang yang mengajar Mukti di les-lesannya. Tetapi ia menyimpan rasa cinta kepada Mukti. Dia pernah bilang
“Wah seandainya kmu tu seumuranku kmu akan ku nikahi jadi istriku, mas sayang sama kamu” kata mas Antono dengan Mukti pacar Nuha sekarang ini.
Selain chating dengan Mas Antono, Mukti juga banyak bercandaan dengan Fino. Fino adalah seseorang yang dulu Mukti sukai ketika SMP. Mukti sering sms, bbm dengannya. Dengan bahasa yang lumayan menggoda. Nuha sering mempunyai firasat bahwa Mukti sering sms, bbm, wa, dan lainnya, namun itu semua sebelum diperlihatkan kepada Nuha, semuanya ia hapus semuanya agar jejaknya tidak diketaui oleh Nuha.
Nuha pun hanya memaklumi kejadian itu dan berfikir positif, ia mencoba bicara dengan kekasihnya mengenai hal tadi dengan baik-baik. Mukti pun menangis di depanku merengek-renngek atas semua perbuatannya karena telah bemesra-mesraan dengan pria lainnya. Mukti pun berkata
“Iya mas adik ga akan sms, wa, bbm an selain sama Mas Nuha, adik janji mas, adik janji sama Mas Nuha hu..hu…hu…”.
“Beneran lho dik mas pegang lho janjinya adik” tegas Nuha.
***
6 bulan kemudian…
Ketika Nuha jalan menuju kelasnya, datang dengan hati yang riang. Saat sampai di depan pintu huha dan Mukti saling menebar senyum pada pasangannya. Nuha jalan menuju bangku tempat Mukti menimba ilmu. Ketika berbincang-bincang, tiba-tiba handphone Mukti bergetar dan saat itu juga bel masuk berbunyi, “Teng…. Teng… Teng…”. Nuhakembali menuju kelasnya sambil membawa handphone milik pasangannya yang ia percayakan karena janji pasangannya yang dulu, sedangkan handphonnya dibawa Mukti sebagai ganti.
Di kelas yang bersih, rapi, yang dihiasi kata-kata impian yang tinggi Nuha mulai menggali apa yang dilakukan oleh mukti. Tak habis pikir, ternyata Mukti sms an, bbm an, wa an, dengan pria lain yaitu Fino Laksmana Putra dan Antono Gilang Sentosa dengan kata-kata yang membuat Nuha benci yaitu Mukti dengan mereka menggunakan kata-kata mesra, saling membagi rasa sayang maupun cinta, emot cium, dan sebagainya. Mulai hari itu Nuha dan Mukti menjadi lebih renggang. Dan setelah kami putus Mukti lebih dekat-dekatan dengan Fino, walaupun Fino masih berpacaran dengan wanita lain bernama Arina Rahmawati. Tak hanya dengan sms dengan yang mesra saja, tapi juga pergi bersama walaupun malam telah tiba. Mereka berdua melalukan hal itu bersama.
***
10 tahun kemudian…
Dengan penuh ketabahan dan kesabaran akhirnya Nuha mempunyai istri yang sholihah, istri yang penuh kesabaran, penghafal Quran yang baik hatinya dan rupanya. Nuha sangat bersyukur kepada Allah SWT karena ia tidak lagi bersama Mukti, karena Mukti mendapat penyakit aneh yang belum ditemukan sebelumnya.
“Ternyata Allah itu telah merencanakan yang TERBAIK buat kita, kita ambil hikmah di dalamnya insyaallah kita akan selalu bersyukur kepada-Nya” ucap Nuha kepada istri dan ketiga anaknya yang masih balita.
Kini hingga sampai mereka meninggal dunia keluarga Nuha hidup dengan sakinah mawaddah warohmah.
~ SELESAI ~

      Penulis memohon maaf apabila terdapat kesamaan nama tokoh atau pun yang lainnya yang kurang berkenan karena dalam cerpen ini hanya nama fiktif dan ditujukan untuk memenuhi tugas ketika di SMA.

Jangan lupa untuk berkomentar ya dan request artikel yang lainnya. Terimakasih sobat

No comments:

Post a Comment